Pages

19.2.20

Menikah - Prolog

Pernikahan seolah-olah menjadi tujuan akhir seseorang bahwa dia berhasil mencapai puncak. Padahal, itu adalah awal dari sebuah rute baru untuk melipatgandakan persoalan. Bagaimana tidak, dulunya masalah hanya 1 karena sendiri, sekarang masalah ada 2, yaitu masalah pasangan dan masalah sendiri. Bedanya, sekarang 2 itu terjadi karena dibagi. Kalau kita menjadi pasangan yang baik, akan terasa menjadi setengah masalah diangkat masing masing, tetapi kalau menjadi pasangan yang acuh, mungkin ya terasa berkali-kali lipat memundaknya. Seperti beberapa hari lalu, saya kesal dengan social media, kenapa saya harus di hide oleh seseorang, saya meluapkan ke mas Zaq. Coba bayangkan kalau mas Zaq cuek, mungkin saya sudah badmood seharian di kantor. Sedang mas Zaq kena dampak juga jadi ikutan bete.




Oh ya, sekadar info saja, disini saya tidak merasa menggurui, toh usia pernikahan saya baru aja beberapa hari belum ada satu bulan. Namun dari beberapa hari ini saya sangat bersyukur ternyata sudah banyak yang saya pelajari dengan menjadi seorang istri. Apa contohnya? Ya itu, mudah bersyukur tadi adalah pelajaran baru dalam hidup saya. Sebelum tidur adalah rutinitas yang paling saya sukai. Selalu mengucap bersama "Alhamdulillaah.. Hari ini... " diisi dengan kalimat kalimat yang membuat kami tersentuh. Semoga kami tetap istiqomah ya Allah.


Kemudian, melihat hal baru dan sisi baru dari pasangan yang sama sekali tidak ditunjukkan ketika berpacaran. Seperti, Mas Zaq yang sangat rajin dan bersih-an. Bagi saya yang crewet ini sifat tersebut cukup mampu melengkapi rumah tangga kami yang sederhana. Ya Allah terima kasih sekali. Sangat sangat berterima kasih.

Eh tunggu, boleh kah saya bercerita tentang bagaimana akhirnya memutuskan untuk menikah?
Jadi, saya berencana untuk tidak menikah secepat ini. Saya ingin menyelesaikan studi S2 dulu dengan kuliah di kampus Negri. Cita cita sedari dulu ingin menjadi dosen, ga bisa kalau cuma mengandalkan skill tanpa bukti tertulis dari lembaga terpercaya. Akhirnya saya pulang ke Malang.

Baca Juga: 25 - Menuntaskan Quarter Life Crisis

Disitu kelanjutannya ya saya di Lamar mas Zaq bulan Juni. Padahal itu saya masih sempat tes kerja sana sini, ke Surabaya bolak balik. Hingga akhirnya diterima di kantor saya sekarang tepat seminggu setelah lamaran. Percaya kan dengan rejeki orang mau nikah? Ya ini. Saya akhirnya percaya. Padahal saya sudah pernah ditolak oleh perusahaan saya ini. Eh, buka posisi baru dan saya menjadi kandidat utama. Alhamdulillaah. Sungguh tak terduga ya Allah.


Sebagai pesan sedikit dari pengalaman, proses mencari uang dan idealis adalah masalah utama dalam pernikahan. Bukankah esensi menikah adalah kata "SAH" oleh saksi dan itu bisa di dapatkan ketika sudah berijab antara wali sah dengan calon pasangan? Mengapa sih harus dipersulit? Itu kesadaranku satu jam setelah melangsungkan akad pernikahan. Yang kami sibukkan justru masalah seserahan, resepsi, makanan, printilan apalah itu, padahal semua itu kan cuma tambahan dalam memberitahukan bahwa saya, anak dari orang tua saya sudah menikah. Tetapi kembali lagi, ibuku menyadarkan, "sudah sudah, ingat, niatkan silaturahmi". Mulai, adem lagi dari situ.


Seperti tanpa persiapan aja kalau teman-teman tau foto akadku. Cuma uang mas kawin, kursi, dan beberapa saksi. Dengan wali tentunya.
Mas kawin tidak di kotak-kotakin juga saya baru tau dari suami bahwa itu tidak boleh. Lebih baik seadanya. Ya, demi konten pasti banyak yang merubah menjadi bentuk tertentu. Hmmm.

Perasaan haru itu muncul hanya ketika akad itu. Setelahnya hilang dan menjadi perasaan "Loh, beneran? Eh bener ga sih? Suami istri nih?" Dan seterusnya hahaha. Dasaaar. Trus disadarkan kembali oleh suami, "ucap apa?" "Alhamdulillaah".

Sampai detik ini, saya masih merasa seperti mimpi. Mengingat masa lalu berdua kami yang santai saja, seperti ga terasa bahwa kami ini sudah calon bapak dan calon ibu. Kalau ada yang kami undang selalu bilang "kok dadakan seh", ya kan ini dampak kami jarang update ke social media tentang persiapan kami menikah. Kami juga apa adanya, ga yang muluk muluk. Jadi, terasa ringan menuju hari H tanggal 1 Februari 2020.


Bersambung (ke persiapan pernikahan)....
1. Pre-Wedding (PREWEDDING MENDADAK BERSAMA SLOWSUNDAY.ID)

4 comments:

  1. aamiin, akhirnya mba susi update blog. aku seneng ada bacaan wkwk

    ReplyDelete
  2. Mbaak, selamat menempuh hidup baru yaa! Semoga sehidup sesurga. Sehat dan bahagia selaluu ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haloo Arum, Amiin ya Allah terima kasih ya atas doanya. :')

      Delete