Pages

13.3.18

Part Of Keyholder Mozilla Community Space Jakarta


New Beginning! Di Bulan Maret 2018 check list buat perbanyak hal baru akhirnya bertahap terpenuhi. Beberapa waktu lalu aku mengikuti seleksi untuk menjadi keyholder Mozilla Community Space Jakarta. Pemberitahuan ini aku tahu dari igstory Keyholder senior yaitu Eriska. Kebetulan dia adek kos dan juga temen main ketika di Jakarta.

Fyi, Komunitas Mozilla Indonesia adalah bagian dari komunitas global Mozilla yang berada di banyak belahan dunia. Mozilla didukung oleh banyak sukarelawan dan kontributor yang menggunakan, mengembangkan, membagikan, dan mendukung produk-produk Mozilla. Salah satu produk populer Mozilla adalah browser Mozilla Firefox.

Proses nya tidak banyak namun menunggu nya cukup lama. Dimulai dari mengisi Google Form yang sudah di share di igstory Eriska, interview di space (dan ada drama kecil), lalu yang terakhir menunggu email penerimaan / penolakan dari tim Mozilla. Alhamdulillah akhirnya aku diterima menjadi bagian dari Mozilla. Big Thanks! :)

Non Profit Community, itu yang bolak balik ditekan kan ketika interview keyholder. Dan syukurnya emang bukan profit materi yang gimana gimana yang aku harapkan tapi harapanku sih menambah pengalaman baru juga kenalan baru walau dengan orang lama. Sehingga, aku menyediakan waktu untuk jaga space setiap hari Rabu dan Kamis shift sore. Semoga istiqomah! Hehee.



So, buat teman-teman yang ingin mencari tempat belajar atau mengajar gratis (diutamakan yang IT based tetapi kalau mau bidang lain juga bisa) boleh ya mampir ke space Mozilla. Bener bener FREE! *nanti ada link registrasi nya.
Alamatnya di Jl. Kuningan Bar. 1 No.6, RT.6/RW.1, Kuningan Bar., Mampang Prpt., Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12710 or just click this link : http://bit.ly/MozSpace_Jakarta
Bisa juga kalau mau naik kendaraan umum ke Mozilla Space nanti berhenti di shelter transjakarta Gatsu Jamsostek trus jalan deh ke Gedung TIFA(sekitar 300 meter lah).


See yuuu :)

-susi octalana-

27.2.18

Hanya Ingin Memberi

Semalam aku makan di pinggiran jalan D.Supomo, Tebet. Tempatnya kaki lima yang menurutku lumayan ramai kalau jam pulang kantor. Yang disajikan tempat makan ini adalah makanan khas Suroboyoan. Sehingga, karena tempat nya yang berada dipinggir jalan bahkan memakan pedesterian, banyak pengamen yang wira-wiri memainkan gitar sambil menyodorkan bungkus permen yang besar untuk menampung uang receh dari 'kami' pembeli makanan di Suroboyo an ini.

Ada yang datang seorang laki-laki yang terlihat masih kuat dan sehat membawa gitar. Memainkan lagu dari Dewa19 jaman aku SMP. Beberapa menit memainkan lagu, dia berjalan menghampiri satu persatu meja makan. Kebetulan aku di nomor dua jika akan dihampiri oleh dia. Aku lihat bapak bapak yang duduk di depan ku memberi 1 lembar 2 ribuan dan beberapa koin yang aku tak tau jelas itu koin berapa saja. Aku belum berniat untuk mengeluarkan uang. Hanya saja, tiba tiba aku kepikiran. Apakah benar aku memberi uang ini? Dari sudut mana sehingga aku boleh memberi uang ini? Kemudian aku mengacungkan telapak tangan hingga dimukaku sambil bilang "maaf".

Keesokan harinya, yaitu hari ini aku mulai mencari referensi tentang memberi ke orang lain khususnya pengamen, pengemis, dan peminta-minta lainnya yang banyak ditemui di ibukota. Aku sedikit kurang 'sreg' dengan beberapa jawaban dari sudut pandang yang berbeda.

Bisa kuterima jika alasan memberi ke mereka dilarang karena Haram (misal karena musik Haram dalam islam, dsb) tetapi jika jangan memberi hanya karena "sebener nya mereka itu kaya", "jangan dikasi, nanti buat mabuk-mabukan", dan segala macam persepsi lainnya. Yes, I know fakta fakta itu. Tapi pernah ga sih berfikir ulang, bukankah kita terlalu cepat menyimpulkan sesuatu?

Hatiku mulai tergerak, bagaimana jika kita mengandalkan Allah disini. Semua karna Allah kita lakukan. Sematkan doa di uang maupun barang yang kita berikan ke orang lain. Akupun melakukannya. Aku kesampingkan pikiran-pikiran negatif yang mudah menyimpulkan itu. Aku mencoba melatih simpatiku terhadap orang lain dengan ikhlas.

"Semoga uang ini benar benar digunakan untuk hal kebaikan. Atau, jika orang ini sudah berniat untuk kejahatan , semoga setelah menerima uang ini niat itu tiba tiba hilang. Lalu, dia menjadi insyaf. Keberkahan dari Allah semoga untukku, dan untuk dia si penerima uang itu" Amiiin.


Dan harapanku, lekas ada lembaga yang mampu menampung orang orang yang seperti mereka. Diberikan bekal ataupun diberdayakan untuk melakukan suatu hal yang lebih dipandang tak sebelah mata.
:)

(susi octalana)

Pelarian Sabtu Minggu Orang Jakarta


Ada ga sih yang pernah kepikiran untuk escape beberapa saat dari hiruk pikuk kota Jakarta ?

Awal tahun lalu setelah aku dari Labuan Bajo (padahal post labuan Bajo belum ada), aku pengen escape lagi dari Jakarta 'mumpung' ada rejeki waktu. Rencananya ingin berangkat sendiri ke tempat tempat yang masih terjangkau dan umum seperti Bali atau Lombok, tapi kok ya mahal waktu peak season. Soooooo, aku memutuskan keee...

Belitung

Well, kenapa Belitung?
Ya karena selain dekat dengan Jakarta, pulau ini harga tiket pesawat nya juga masih sesuai dengan kantong karyawan yang mengandalkan gaji bulanan. Coba aja cek di traveloka, cusss now!

31.1.18

Dilan 1990 - Cerita yang Belum Selesai

Mencoba sedikit bercerita tentang pengalaman nonton Dilan 1990 di bioskop. Saya tidak kebiasaan review film sih, cuma kebetulan emang saya adalah pengikut ayahpidibaiq sejak masih sekolah. Itu adalah blog sebelum Dilan 1990 akhirnya menjelma menjadi tiga buku (Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea). Jadi, saya ada keinginan untuk mereview pengalaman saya menikmati film Dilan 1990 yang akhirnya menjadi hits di semua kalangan. Baik anak jaman old maupun anak jaman now tahun 2018 ini.

http://ayahpidibaiq.blogspot.com/

Prolog
Ya, jadi awalnya saya penasaran dengan Dilan karna dulu semasa sekolah ada secuil teman yang mebahasnya. Saya adalah anak generasi SMA tahun 2011 an. Mereka bilang itu akan menjadi sebuah novel. Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti blog nya. Beberapa waktu mengikuti, saya suka dengan cara cerita Pidi Baiq. Ringan dan tenang. Saya terbawa suasana. Bagaimana tidak, saat itu saya juga sedang menjadi anak SMA. Paling tidak, meski tidak latar belakang yang sama tetapi waktu yang membuat saya dan cerita tersebut menyatu. Saya mendalami karakter Milea saat itu.
Sekarang, saya membayangkan karakter Milea kembali. Mencoba mendalami nya kembali di saat sekarang, disaat saya sudah tidak lagi menjadi anak SMA. Dan saya menyimpulkan secara pribadi saya ga ingin seperti dia. Coba baca buku yang kedua jika ingin tau. Atau, coba sadari dari awal novel atau film itu di mulai. Dia sedang flashback ke masa-masa SMA dimana dia sudah memiliki suami. Dia menulis Dilan, cinta masa lalu nya ketika sudah memiliki seorang suami mas Hendri. Menurutku itu sepertinya ada yang janggal. Ada hal yang sepertinya belum diselesaikan antara Dilan dan Milea.

Btw, saya pernah bertemu dengan Om Pidi Baiq pada sebuah acara di Grand Indonesia. Banyak yang menanyakan, apakah ini karakter asli atau tidak, dan dia hanya tersenyum malu dan mengalihkan pembicaraan. Aku susah menyimpulkan apakah ini cerita nyata atau tidak. Apalagi, di Blog. Dia terkesan menceritakan Pidi Baiq sendiri dimana itu adalah dirinya sendiri. Sekali lagi, coba lah buka blog nya. Tetapi dari cara pembawaan Pidi Baiq berdialog di panggung waktu itu, entah mengapa saya merasa seperti dialah sosok jelmaan Dilan versi old yang terbalut dengan wajah seriusnya. Karna saya akui, ekspektasi saya dengan Dilan adalah anak SMA yang ganteng sekali. Lalu, sebelum cerita itu menjadi sebuah film, ada sebuah percakapan entah aku tau ini darimana entah blog entah saat dialog Pidi Baiq kala itu.
Di sebuah negara The PanasDalam (negara buatan Pidi Baiq di sebuah cafe di Bandung. Haha. Gila memang)
Dia bilang jika saat itu tiba tiba dia merasakan seperti bertemu dengan sosok Milea di negrinya.
"Milea?" kata Pidi Baiq.
"Hah?" Vanesha terkejut.
"Kamu mirip Milea" saat itu lah akhirnya Milea telah ditemukan dan diputuskan karakternya.

Tapi, overall aku suka dengan Dilan 1990. Cerita itu membuatku kembali ke masa-masa SMAku. Masa-masa dimana aku masih bermain imajinasi pada cinta pertamaku. Nonton film nya aku juga dengan kekasihku, tetapi aku hanya tersenyum melihat bagaimana Iqbal CJR yang memerankan Dilan dengan begitu unik. Setidaknya, kurang lebih sama dengan apa yang aku ekspektasikan dari novel. Lagian, di Dilan ini bukan soal gombalan-gombalannya saja. Karna menurutku, Dilan adalah unik. Bagaiamana cara dia mencintai seorang wanita yaitu Milea. Tidak melulu soal bagaimana mendapatkan pujaan dengan seusatu yang mahal. Dilan menunjukkan dengan kesederhanaan dan cara-cara yang akhirnya membuat dia selalu diingatlah yang bisa menarik Milea. Dan aku rasa, sudah tidak ada kisah seperti itu di jaman sekarang. Perjuangan Dilan yang telfon menggunakan telfon umum terganti dengan smartphone. Perjuangan keingintahuan Dilan dengan tanggal lahir Milea atau profil Milea yang lain sekarang tergantikan oleh teknologi informasi. Apalagi ada instagram tuh. Semuanya sekarang sudah tidak ada dan jarang sekali mungkin.

Nb:
Terima kasih Pidi Baiq. Terima kasih Pemeran Dilan 1990. Terima kasih semua tim yang bisa membentuk karakter dalam Blog dan Novel Dilan 1990 menjadi terkesan nyata. Terima kasih tidak mendramatisir semua yang tidak ada di novel menjadi di ada ada kan. Penilaian saya terhadap Film Dilan 1990 adalah 9/10. :) Semoga Dilan 1991 segera di produksi haha.
Karna sempurna hanyalah milik Allah. :D

(susi octalana - 2018)