Pages

30.8.20

KPR : Menepis Idealis dengan Realita - Pondok Cabe Townhouse

Disclaimer: Sudah berani bercerita karena dari cerita ini sudah menghasilkan kesimpulan. Tolong baca sampai akhir ya. Cheers.

 
Haluuuw, apakabar pembaca blogku yang mungkin tidak sengaja muncul ketika mencari di Google atau emang teman terdekat yang kebetulan saja kepo dengan Instagramku. Semoga hari hari ketika pandemi ini selalu membuat kita dalam keadaan sehat dan stay positive!

Saat ini aku sedang ingin curhat saja tentang kehidupan setelah menikahku. Awalnya memang santai saja kami berdua dengan kehidupan sederhana ini. Tinggal di kontrakan kecil dengan semua apa yang kami butuhkan tersedia disini. Seneng? Banget! Tanda bersyukur kami adalah tidak hidup berlebihan.

Tapi, realitanya kami mungkin tidak akan bisa seterusnya begini. Kami harus mencari tempat tinggal tetap, dimana yang dimaksudkan adalah tempat tinggal milik sendiri atas nama sendiri. Sebenarnya, dalam hatiku yang paling dalam, aku masih ingin memiliki rumah dengan cara pembelian tunai sebagaimana orang tuaku lakukan. Beliau (kedua orang tuaku) membeli rumah ketika aku sudah SMP, ketika sudah memiliki anak sebesar itu, sebelum-sebelumnya aku masih tinggal dirumah kontrakan dan atau tinggal bersama tanteku. 


Anyway, bukan itu intinya. Intinya adalah aku ingin beli rumah secara cash. Tetapi mengingat aku bekerja dan tinggal juga di Jakarta, melihat harga rumah yang bisa sesuai dengan sisa uang gajiku adalah impian yang sangat jauh di logika. Harga rumah layak yang ku maksudkan, minimal seharga 1 Milyar. 1 Milyar dengan asumsi tidak akan naik harganya pun masih butuh bertahun-tahun supaya uang itu terkumpul, itupun dengan gajiku full. Miris kan?

Hingga akhirnya beberapa waktu lalu aku dan suamiku berdiskusi dengan orang tua dan mertuaku. Mereka menyarankan untuk mencicil rumah dan segera!!! Aku paham, mertuaku mungkin kasihan melihatku sering naik turun tangga di kontrakan yang memang kurang baik bagi perempuan. Terpikirlah kami mencari beberapa rumah di pinggiran Jakarta. Ada harga murah, eh lokasi kurang cocok. Ada harga yang standard, tetapi kami tidak tau harus memulai dari mana. Intinya kami abu-abu. 

Hingga pada akhirnya, suatu hari suamiku menemukan di sebuah situs jual rumah, ada developer yang menjual di Pondok cabe, dengan nama Pondok Cabe Townhouse. Tanpa babibu lagi, aku memutuskan untuk menghubungi bapak yang memasang iklan. Dari iklan yang terpasang aku dan suami cocok, lokasi pun tidak perlu pusing karna cukup terjangkau dengan MRT. Pondok Cabe Townhouse juga tidak memberikan janji rumahnya akan luas, tetapi yang penting adalah tidak BANJIR! Itu sangat prioritas. Urutannya sih begini, Lokasi dekat , Tidak Banjir, Cocok, dan harga terjangkau. Hal tersebut kalau tidak benar-benar mencari tentu akan susah ya.

Hasil Survey rumah Pondok Cabe Townhouse
 
1. Research Dini ke teman yang rumahnya dekat dengan area Pondok Cabe Townhouse Area rumah di Pondok Cabe Townhouse tidak banjir bahkan tergolong jauh. Hanya saja ketika perjalanan ke dan dari Pondok Cabe Townhouse ada titik yang banjir di area tikungan lapangan penerbangan Pondok Cabe. 

2. Cukup dekat dengan Keramaian Hari Sabtu beberapa minggu lalu kami memutuskan untuk survey di Pondok Cabe Townhouse. Selama perjalanan aku sangat bahagia, melihat lapangan penerbangan milik Pertamina (kalau tidak salah) di Pondok Cabe. Bolak balik melihat pesawat kecil berpenumpang 2-4 orang. Ini sepertinya akan jadi pemandangan setiap hari ku kalau memang berjodoh membeli rumah di Pondok Cabe Townhouse. Sedikit menjadi nilai tambah, lingkungan juga dekat dengan beberapa tempat belanja, seperti Superindo, MR DIY hahaha. Mengingat kami terbiasa segala sesuatu di pusat kota sangat strategis, jadi kami harus mencoba setidaknya ada tempat belanja yang seperti supermarket. Case closed.. Insha Allah aman di part ini.



3. Lokasi dengan tempat kerja Kami mencoba mendatangi lokasi Pondok Cabe Townhouse ketika jam sibuk meskipun di weekend. Dan hasilnya cukup memuaskan, kami perjalanan maksimum dari kontrakan menuju Pondok Cabe Townhouse dengan kecepatan sedang alias tidak terburu-buru menghabiskan waktu +/- 1 jam. Padahal itu ada beberapa titik ramai yang mungkin potensi macet jika di weekdays, namun masih bisa diatasi karena kami menggunakan kendaraan roda dua. Juga, rencana jika memang berjodoh dengan rumah Pondok Cabe Townhouse, aku akan diantar suami ke stasiun MRT Lebak Bulus kemudian suami melanjutkan perjalanan ke arah kantornya dan saya ke SCBD.
4. Oh ya, Research developer. Oh ya, sebelum berangkat survey kami sudah mencari tahu tentang pak Rachmad Udaya ini di berbagai sumber, misal Facebook, Blog, dll menghasilkan bahwa memang beliau sudah berada pada bidang ini sejak tahun 2013 meskipun pak Rachmad Udaya ini bukan pemilik, setidaknya ada yang dipertanggungjawabkan reputasinya di sumber digital.
5. Lingkungan cluster Pondok Cabe Townhouse Beberapa rumah di cluster tersebut sudah diisi oleh beberapa anggota keluarga muda yang mungkin dulu nya mencari rumah seperti kami. Hihi. Aku sudah membayangkan yang lucu-lucu disini. Menjadi tetangga damai. Saling membantu. Bahkan aku juga sudah kepikiran ini dan itu kedepannya supaya tidak mengganggu tetangga. Disini ada peraturan dilarang membangun pagar rumah karena Pondok Cabe Townhouse ini sudah berbentuk cluster.
6. Keadaan Rumah Pondok Cabe Townhouse Bisa dibilang dari keadaan rumah Pondok Cabe Townhouse sangat nyaman. Dapur sangat terang karena atap menggunakan transparan. Tetapi beberapa tempat seperti kamar belakang dan Kamar mandi ventilasi sedikit kurang karna tertutup. Lalu, lantai Mezzanine tidak bisa digunakan untuk barang yang terlalu berat. Ini masih bisa ditasi dengan tidak menggunakan sebagai ruang utama, mungkin bisa dijadikan ruang santai sore. Balkon atas juga nyaman. Carport dan taman depan juga cukup luas untuk ukuran rumah 40/70. Kalau memang kawan-kawan pembaca sedang mencari rumah tipe Mezanine seperti itu bisa disimpulkan dari video yang saya attach dibawah ini yaa.
7. Komunikasi Dengan pak Rachmad, beliau cukup informatif memberikan informasi dari rumah contoh. Dia juga jujur tentang rumah yang akan kami tempati nanti jika memang lolos KPR. Alhamdulillah beliau juga membantu BI Checking ke Bank dan segera memberikan hasil dalam waktu 3 hari. Sehingga aku dan suami memberanikan diri untuk segera membayar booking fee yang dicicil sebanyak 2 kali dan juga memberikan beberapa dokumen penting ke beliau seperti slip gaji, rekening koran, ktp, dan npwp. Dimana aku sangat selektif untuk memberikan dokumen-dokumen yang memiliki data pribadiku. 

Lalu, bagaimana akhirnya setelah booking fee dan hasil KPR Pondok Cabe Townhouse-nya?

Dramatic. Aku sering menanyakan ke pak Rachmad terkait hasil, terkait proses, terkait apapun itu yang akan dilakukan pak Rachmad kedepannya. Beliau sedikit membelit dan puncaknya beliau mengajak bertemu, katanya supaya lebih enak menyampaikan beberapa hal. Firasatku sudah tidak enak. Dan benar saja, kami tidak dilanjutkan prosesnya dengan alasan: 

1. Syarat KPR itu harus minimal bangunan sudah 50% jadi sedangkan kami indent. Ya, bangunan contoh yang ditunjukkan ke kami itu sudah ada pemiliknya. 

2. Pemilik dari developer tidak ingin resiko untuk membangun rumah. Dimana itu harus keluar uang terlebih dahulu sedangkan kamipun masih abu-abu apakah akan di approve atau tidaknya. 

Sehingga jalan tengahnya adalah pak Rachmad dengan berat hati menghentikan proses KPR kami berdua. Malam itu menjadi malam yang sangat menyedihkan bagi aku dan suami. 
Kami sudah banyak rencana di rumah tersebut. 
Sudah banyak hal yang kami ingin bangun di rumah itu ternyata pupus begitu saja akibat proses dari yang belum mulai sekalipun. 

Padahal ini adalah survey pertama kali kami yang dimana kami langsung cocok dengan segala aspeknya, ya kecuali dengan ruangan yang kurang ventilasi tersebut yaa. Hehe. 

Sebagai pelajaran untuk teman-teman pembaca, cobalah untuk mencari rumah dengan ready stok ya! Apalagi jika menggunakan pembayaran cicilan KPR. Dan buat teman-teman sedang dalam proses pencarian, semangat! Anggap aja ini mencari sebongkah berlian hahaha. 

 Salam, dari sepasang suami istri extraordinary. :)😇

1 comment:

  1. sungguh kode bahwa harus melanjutkan kembali yang masih terhenti ini

    ReplyDelete