Pages

6.10.17

Terbiasa Hidup Di Zona Nyaman - Bayangan Jakarta Di Bom

Siang siang disamperin oleh mas Kantor. Tiba-tiba dia menanyakan hal yang sebelumnya sudah pernah aku bayangkan. Dia bertanya kepadaku "apa jadinya ya sus (satu satu nya yang manggil aku susi di kantor), kalau misalkan di situ, bakalan di jatohin bom atom seperti di Hiroshima dan Nagasaki"
Dia nunjuk di pemukiman warga dan juga gedung gedung tinggi di sebelah kantorku. Kurang lebih penampakannya seperti berikut.



Aku diam sejenak, aku berpikir dalam waktu sekitar 3 detik lalu kemudian menertawakan ucapannya. "Hahahahaaa..." dan aku yakin, pasti dia sekarang sedang membaca tulisan ini. "Kalau mau tau jawabannya, coba ntar aku tulis. Aku tak mikir dulu"


Kalau di dua kawasan itu dijatohin bom, kemungkinan besar adalah Indonesia kacau. Lah, kenapa bisa? Padahal cuma Jakarta aja yang di bom? Ya jawabannya sih sederhana. Kita itu terbiasa hidup merasa aman. Ga memikirkan kemungkinan kemungkinan terburuk (ya ini wajar nya manusia sih ya) dan atau emang dasarnya manusia di Indonesia itu hebat-hebat dalam bersyukur. Paling paling jawabannya "syukur, bukan surabaya yang di bom, syukur ga kena saya bom nya" haha. Apapun di sini bakalan dianggapa ada untungnya. Keren bukan ? Eh nglantur kan, balik lagi ya, jadi kalau Jakarta hancur, Indonesia itu kacau banget. Tau ga kenapa alasannya. Coba baca dulu tulisan di link ini. Disitu di jelasin berapa radiusnya, berapa korbannya, dan bahkan bagaimana dampaknya. Aku sendiri merinding ketika bom jatuh di monas saja, dampaknya bisa sampai Sukabumi. Ledakan udaranya juga bisa menghancurkan bangunan-bangunan yang terbuat dari beton. Gedung-gedung tinggi di Jakarta ini, yang kokoh dan angkuh, bakalan hancur dalam waktu tidak kurang dari satu hari. Semua kontrol yang berada di Jakarta, akan mematikan seluruh sistem yang ada di Indonesia. Lalu kemudian ga ada lagi kegiatan penyiaran televisi di Indonesia buat ngabarin Jakarta hancur dan orang daerah bingung mau komplain kemana dan bingung ada apa. Ga ada jaringan komunikasi atau kontrol paket data sehingga ga bisa update status atau sekedar ngabarin orang rumah bagi yang anak rantau kalau Jakarta sedang ada bom. Trus, yang paling ngeri ga ada lagi pemerintah pusat yang bakalan ngasi perintah atau komando kecuali kalau pemerintahan sudah diatur sedemikian rupa buat jaga jaga Jakarta hancur misal pemerintahan diganti oleh Gubernur di Sulawesi. Ada ga sih kaya gitu?

Pikiranku makin lama makin jauh, gimana ya Indonesia kalau misalkan ada perang dunia. Kira-kira Indonesia akan memihak ke kubu siapa. Aduh, wait. Jangankan mau perang memihak ke siapa, rakyatnya aja belum tentu siap buat perang. Betul tidak?
Jam luang bukannya olahraga, nyari kegiatan produktif, eh malah scrolling akun sosial media, cek cek online shop, atau males males an di kamar sambil nonton video. Hmmm.. Belum juga perang mulai dah hancur di jatohin bom atom. Haha.



Setelah pembahasan ini berlangsung, aku jadi pengen gitu belajar lari (karna aku ga begitu kuat lari), belajar panahan, belajar menunggang kuda (eh tapi lari juga cukup sih), berenang dalam waktu yang lama, trus apa lagi ya yang bisa dilakukan tanpa harus jadi anggota tentara? Ya semoga ini ga wacana aja sih, tapi apa salahnya nulis keinginan ya kan. Dan yang terakhir yang paling-paling penting, aku pingin punya bekal di kehidupan selanjutnya setelah dunia. Pingin banyakin amalan baik. Takut aja ga bisa jawab ketika ditanya tanyain. Setelah dipikir secara simple kayaknya di dunia itu cuma sekolah musti banyak belajar. Dan nanti ketika sudah ujian, musti dapet nilai bagus biar bisa dapet surga atau neraka. CMIIW.


(susi octalana)

No comments:

Post a Comment