Pages

5.9.18

Museum Macan - Yayoi Kusama



Imajinasi orang seperti aku, datang ke museum akan membaca atau menikmati satu atau dua karya menjadi bubar setelah merasakan pengalaman berkunjung ke museum macan ini. Tujuanku kalah dengan orang-orang yang ingin menikmati karya itu sebagai background foto yang diupload di social media. Akhirnya, menuntutku untuk mengikuti jejak-jejak mereka antri lama dan begitu panjang untuk sekadar mengambil gambar dalam hitungan detik! Yaps, detik. Mungkin kala itu aku salah sih, datang ketika hari libur yang tentu orang akan mengunjungi tempat yang fenomenal seperti pameran seperti ini. Benar-benar padat. Antara senang, di Jakarta ada tempat seperti itu dan sedih karna tidak khidmat menikmati karya seni. Hope, be better lah ya :)

Yayoi Kusama ternyata sudah berusia 89 tahunan dimana itu sama dengan usia nenekku. Berdasarkan tulisan dari tahun ke tahun yang aku baca di awal sebelum masuk ke museum, beliau sempat mengalami masa suram. Salah satu yang teringat, beliau sempat merasa memiliki gangguan psikolog hingga akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri ke Rumah Sakit Jiwa.

11.6.18

Aksara Yang Disalahkan

Kemarin disebuah toko buku
Aku terdiam dan terpaku
Melihat sebuah buku yang tak tersampul

Mengapa, pikirku
Tangan-tangan tak bertanggung jawab membuka itu
Tak membeli dan menghilang saja begitu
Pun, menjadi tak laku
Padahal jika kau tau
Kalimat indah yang tersusun
Seakan segera ingin tertunduk
Kemudian tenggelam dalam imajinasiku


Namun karena terobek itu
Menjadikannya harga turun

Aku bimbang dan ragu,
Bukan tentang buku,
tapi tentang diriku,

Akankah itu sepertiku,
Ataukah semua yang tak tersampul,
Ku tak tau

---------------------------------


Semua ingin kusalahkan
Tapi apa dan siapa yang harus kuluapkan amarah
Tak ada yang terbuka
Semua itu hanya ini yang tertuang
Tak ada satupun yang dipersalahkan
Karena akhirnya aku sendiri yang kalah
Karena akhirnya akulah sang masalah

10.6.18

Semakin jauh
Suara hati semakin gemuruh

Mungkin aku sudah rapuh
Menerima cerita yang tak utuh

Untuk kamu dan dia yang sudah menjadi satu
Terima kasih telah mengajarkanku membisu


- proud best friend -

24.5.18

Selalu Rindu Ramadhan

Hari ini hari Ramadhan ke-7 dengan backsound lagunya Sheila on 7. Hehee. Sedang berada di space tentunya. Sama mba Lidya yang terbaik lah pokok nya. Bantuin bikin es teh susu dengan mecahin es batu yang beku nya minta ampun.

Eh tapi ini bukan crita soal itu, ini tentang curhatanku tentang Ramadhan tahun ini. Dimana Menjalaninya seperti biasa. Bangung dari tidur ketika jam 3 pagi, menyiapkan sahur entah hanya makan oat dan susu maupun masak yang ringan terlebih dahulu, lalu ngobrol di meja tengah bersama teman seperantauan, kembali lagi ke kamar sambil menunggu adzan subuh, kalau sudah adzan baru solat dan baca Al-Quran sedikit demi sedikit, trus tidur. Biasanya kalau ga lucky nih, males bangun jam 6 buat kerja akhirnya jam 9 siang baru bangun. That's why, ngantor selalu nelat. Parah dan ga patut dicontoh. Kurang disiplin. Selalu dimarahi ibuku, "Sampean ini nduk, kudu bersyukur dapet kerja enak(artinya: Kamu ini sayang, harus bersyukur dapat kerja yang enak)"

No Execuse I know. :(