Hari ini hari Ramadhan ke-7 dengan backsound lagunya Sheila on 7. Hehee. Sedang berada di space tentunya. Sama mba Lidya yang terbaik lah pokok nya. Bantuin bikin es teh susu dengan mecahin es batu yang beku nya minta ampun.
Eh tapi ini bukan crita soal itu, ini tentang curhatanku tentang Ramadhan tahun ini. Dimana Menjalaninya seperti biasa. Bangung dari tidur ketika jam 3 pagi, menyiapkan sahur entah hanya makan oat dan susu maupun masak yang ringan terlebih dahulu, lalu ngobrol di meja tengah bersama teman seperantauan, kembali lagi ke kamar sambil menunggu adzan subuh, kalau sudah adzan baru solat dan baca Al-Quran sedikit demi sedikit, trus tidur. Biasanya kalau ga lucky nih, males bangun jam 6 buat kerja akhirnya jam 9 siang baru bangun. That's why, ngantor selalu nelat. Parah dan ga patut dicontoh. Kurang disiplin. Selalu dimarahi ibuku, "Sampean ini nduk, kudu bersyukur dapet kerja enak(artinya: Kamu ini sayang, harus bersyukur dapat kerja yang enak)"
No Execuse I know. :(
24.5.18
12.5.18
Prioritas - Mahasiswa tingkat Akhir
Aku mempelajari banyak hal ketika menjadi mahasiswa tingkat akhir. Hal tersebut adalah tentang mengatur sebuah prioritas. Aku menyadari bahwa ga semua hal bisa aku jalani dengan sempurna dan bebarengan. Aku harus memilih dan mengatur mana yang harus aku dahulukan.
Aku pernah bersikukuh untuk menjalani semuanya dengan optimis dan berharap sukses, tapi ternyata justru itu yang membuatku merasa kurang baik. Aku menjadi orang yang kurang fokus dan yang paling menyedihkan, aku tak menghiraukan sosial life ku.
Solusi yang aku tawarkan pada diriku sendiri adalah mengatur semua nya tergantung prioritas. Yang pertama, tetap pekerjaan. Sudah ada waktu lama untuk pekerjaan aku mengharuskan untuk SMART WORK. Man jadda wa jadda. Aku bersungguh-sungguh. Dari jam 10 pagi sampai 5 sore aku harus menghasilkan dan mengerjakan hingga selesai. Tidak terganggu kanan kiri.
Kedua, aku fokus pada Kuliah. Ini aku kerjakan minimal 2 hari sabtu dan minggu. Sedikit susah di part ini. Tapi aku akan berusahaa.
Ketiga, aku fokus pada keluarga, teman, dan partner. Untuk partnerku, aku sering kencan bareng dengan saling membantu mengerjakan tugas akhir kebetulan kami di masa-masa yang sama. Berguna bukan?
Keempat, aku prioritaskan untuk komunitas. Bukan menyampingkan, tapi toh hari rabu dan kamis sore ketika pulang kerja aku selalu mengunjungi space yang sudah aku anggap sebagai rumah keduaku :)
I hope everythings running well. But, Allah still the Good Planners, Right? :)
- susi octalana -
Label:
Brain Gym
13.3.18
Part Of Keyholder Mozilla Community Space Jakarta
New Beginning! Di Bulan Maret 2018 check list buat perbanyak hal baru akhirnya bertahap terpenuhi. Beberapa waktu lalu aku mengikuti seleksi untuk menjadi keyholder Mozilla Community Space Jakarta. Pemberitahuan ini aku tahu dari igstory Keyholder senior yaitu Eriska. Kebetulan dia adek kos dan juga temen main ketika di Jakarta.
Fyi, Komunitas Mozilla Indonesia adalah bagian dari komunitas global Mozilla yang berada di banyak belahan dunia. Mozilla didukung oleh banyak sukarelawan dan kontributor yang menggunakan, mengembangkan, membagikan, dan mendukung produk-produk Mozilla. Salah satu produk populer Mozilla adalah browser Mozilla Firefox.
Proses nya tidak banyak namun menunggu nya cukup lama. Dimulai dari mengisi Google Form yang sudah di share di igstory Eriska, interview di space (dan ada drama kecil), lalu yang terakhir menunggu email penerimaan / penolakan dari tim Mozilla. Alhamdulillah akhirnya aku diterima menjadi bagian dari Mozilla. Big Thanks! :)
Non Profit Community, itu yang bolak balik ditekan kan ketika interview keyholder. Dan syukurnya emang bukan profit materi yang gimana gimana yang aku harapkan tapi harapanku sih menambah pengalaman baru juga kenalan baru walau dengan orang lama. Sehingga, aku menyediakan waktu untuk jaga space setiap hari Rabu dan Kamis shift sore. Semoga istiqomah! Hehee.
So, buat teman-teman yang ingin mencari tempat belajar atau mengajar gratis (diutamakan yang IT based tetapi kalau mau bidang lain juga bisa) boleh ya mampir ke space Mozilla. Bener bener FREE! *nanti ada link registrasi nya.
Alamatnya di Jl. Kuningan Bar. 1 No.6, RT.6/RW.1, Kuningan Bar., Mampang Prpt., Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12710 or just click this link : http://bit.ly/MozSpace_Jakarta
Bisa juga kalau mau naik kendaraan umum ke Mozilla Space nanti berhenti di shelter transjakarta Gatsu Jamsostek trus jalan deh ke Gedung TIFA(sekitar 300 meter lah).
See yuuu :)
-susi octalana-
27.2.18
Hanya Ingin Memberi
Semalam aku makan di pinggiran jalan D.Supomo, Tebet. Tempatnya kaki lima yang menurutku lumayan ramai kalau jam pulang kantor. Yang disajikan tempat makan ini adalah makanan khas Suroboyoan. Sehingga, karena tempat nya yang berada dipinggir jalan bahkan memakan pedesterian, banyak pengamen yang wira-wiri memainkan gitar sambil menyodorkan bungkus permen yang besar untuk menampung uang receh dari 'kami' pembeli makanan di Suroboyo an ini.
Ada yang datang seorang laki-laki yang terlihat masih kuat dan sehat membawa gitar. Memainkan lagu dari Dewa19 jaman aku SMP. Beberapa menit memainkan lagu, dia berjalan menghampiri satu persatu meja makan. Kebetulan aku di nomor dua jika akan dihampiri oleh dia. Aku lihat bapak bapak yang duduk di depan ku memberi 1 lembar 2 ribuan dan beberapa koin yang aku tak tau jelas itu koin berapa saja. Aku belum berniat untuk mengeluarkan uang. Hanya saja, tiba tiba aku kepikiran. Apakah benar aku memberi uang ini? Dari sudut mana sehingga aku boleh memberi uang ini? Kemudian aku mengacungkan telapak tangan hingga dimukaku sambil bilang "maaf".
Keesokan harinya, yaitu hari ini aku mulai mencari referensi tentang memberi ke orang lain khususnya pengamen, pengemis, dan peminta-minta lainnya yang banyak ditemui di ibukota. Aku sedikit kurang 'sreg' dengan beberapa jawaban dari sudut pandang yang berbeda.
Bisa kuterima jika alasan memberi ke mereka dilarang karena Haram (misal karena musik Haram dalam islam, dsb) tetapi jika jangan memberi hanya karena "sebener nya mereka itu kaya", "jangan dikasi, nanti buat mabuk-mabukan", dan segala macam persepsi lainnya. Yes, I know fakta fakta itu. Tapi pernah ga sih berfikir ulang, bukankah kita terlalu cepat menyimpulkan sesuatu?
Hatiku mulai tergerak, bagaimana jika kita mengandalkan Allah disini. Semua karna Allah kita lakukan. Sematkan doa di uang maupun barang yang kita berikan ke orang lain. Akupun melakukannya. Aku kesampingkan pikiran-pikiran negatif yang mudah menyimpulkan itu. Aku mencoba melatih simpatiku terhadap orang lain dengan ikhlas.
"Semoga uang ini benar benar digunakan untuk hal kebaikan. Atau, jika orang ini sudah berniat untuk kejahatan , semoga setelah menerima uang ini niat itu tiba tiba hilang. Lalu, dia menjadi insyaf. Keberkahan dari Allah semoga untukku, dan untuk dia si penerima uang itu" Amiiin.
Dan harapanku, lekas ada lembaga yang mampu menampung orang orang yang seperti mereka. Diberikan bekal ataupun diberdayakan untuk melakukan suatu hal yang lebih dipandang tak sebelah mata.
:)
(susi octalana)
Ada yang datang seorang laki-laki yang terlihat masih kuat dan sehat membawa gitar. Memainkan lagu dari Dewa19 jaman aku SMP. Beberapa menit memainkan lagu, dia berjalan menghampiri satu persatu meja makan. Kebetulan aku di nomor dua jika akan dihampiri oleh dia. Aku lihat bapak bapak yang duduk di depan ku memberi 1 lembar 2 ribuan dan beberapa koin yang aku tak tau jelas itu koin berapa saja. Aku belum berniat untuk mengeluarkan uang. Hanya saja, tiba tiba aku kepikiran. Apakah benar aku memberi uang ini? Dari sudut mana sehingga aku boleh memberi uang ini? Kemudian aku mengacungkan telapak tangan hingga dimukaku sambil bilang "maaf".
Keesokan harinya, yaitu hari ini aku mulai mencari referensi tentang memberi ke orang lain khususnya pengamen, pengemis, dan peminta-minta lainnya yang banyak ditemui di ibukota. Aku sedikit kurang 'sreg' dengan beberapa jawaban dari sudut pandang yang berbeda.
Bisa kuterima jika alasan memberi ke mereka dilarang karena Haram (misal karena musik Haram dalam islam, dsb) tetapi jika jangan memberi hanya karena "sebener nya mereka itu kaya", "jangan dikasi, nanti buat mabuk-mabukan", dan segala macam persepsi lainnya. Yes, I know fakta fakta itu. Tapi pernah ga sih berfikir ulang, bukankah kita terlalu cepat menyimpulkan sesuatu?
Hatiku mulai tergerak, bagaimana jika kita mengandalkan Allah disini. Semua karna Allah kita lakukan. Sematkan doa di uang maupun barang yang kita berikan ke orang lain. Akupun melakukannya. Aku kesampingkan pikiran-pikiran negatif yang mudah menyimpulkan itu. Aku mencoba melatih simpatiku terhadap orang lain dengan ikhlas.
"Semoga uang ini benar benar digunakan untuk hal kebaikan. Atau, jika orang ini sudah berniat untuk kejahatan , semoga setelah menerima uang ini niat itu tiba tiba hilang. Lalu, dia menjadi insyaf. Keberkahan dari Allah semoga untukku, dan untuk dia si penerima uang itu" Amiiin.
Dan harapanku, lekas ada lembaga yang mampu menampung orang orang yang seperti mereka. Diberikan bekal ataupun diberdayakan untuk melakukan suatu hal yang lebih dipandang tak sebelah mata.
:)
(susi octalana)
Label:
Mentation
Subscribe to:
Posts (Atom)